Rabu, 03 Agustus 2011

Derita Bocah Kulit Bersisik Asal Malang

Sulistyowati (26) hanya bisa nelangsa melihat penderitaan putranya yang masih balita, baru berusia 3,5 tahun. Anak semata wayangnya, sebut saja namanya RW, menderita penyakit kulit yang parah. Kulitnya seperti bersisik.

Sang ibu yang berstatus janda tak punya biaya untuk berobat. Ia menceritakan RW menderita tiap kali suhu badannya naik. Kulit bersisik berwarna hitam akan mengelupas dari tubuhnya.

Setelah itu, kulit bersisik itu terus tumbuh. "Saya kasihan apabila suhu tubuhnya panas, dia juga merasa gatal,” ungkap Sulistyowati, saat ditemui di rumahnya di Malang, Selasa, 2 Agustus 2011.

Apa yang menyebabkan RW menderita penyakit aneh itu, Sulistyowati tak tahu. Ia hanya ingat, menjelang kelahiran anaknya sekitar sekitar tanggal 9 Desember 2007, seorang pengendara menabraknya. Ketubannya pecah saat itu.

Sementara, nenek RW, Sri'ah mengaku pernah membawa cucunya ke Rumah Sakit Saiful Anwar, tetapi sesampainya di sana hanya diberikan salep kulit seharga Rp21 ribu. Ditambah uang administrasi Rp17 ribu, total uang yang dibutuhkan sekali berobat adalah Rp38 ribu. Ini jumlah yang cukup besar bagi keluarga miskin itu. "Kami tidak mampu apabila harus terus ke rumah sakit karena tidak mempunyai biaya,” kata dia.

Bocah RW tinggal bersama ibu dan neneknya di sebuah gubug reyot, yang masih bisa terus berdiri berkat bantuan warga desa.

Kepala dusun setempat, Syamsul Hadi, membenarkan RW pernah dibawa ke rumah sakit. Orang tua dan neneknya yang hidup sebagai buruh tani tidak mampu membiayai pengobatannya. Sampai saat ini, tak ada tanda-tanda penyakit bocah malang itu membaik.  “Kondisinya seperti itu, bagaimana lagi?” ungkapnya, pasrah.

Dia mengaku sudah berusaha untuk mencarikan solusi bagi warganya, tetapi dari rujukan Puskesmas tidak pernah ada tindak lanjutnya. “Sebenarnya saya kasihan, tapi sosialisasi Jamkesda tidak pernah sampai ke dusun kami,” katanya. (kd)